Bukan Diary Rahasia #4


Oke, langsung saja ya



Maghrib. Aku sudah tiba di masjid. Di sana aku tak menemukan sosok Faris. Kemana ya, anak gembul ganteng bermuka bulat itu? Yang kulihat hanya Fajar, Fayruuz dan Zidan saja. Dasar tiga sekawan, selalu bersama!

Fajar berdiri di teras sambil menatap langit. Waktu itu bulan purnama. Aku ikut menatap langit yang indah dan cerah. Kulihat tadi Zidan juga menatap langit. Tapi kurasakan kalau dia memperhatikan aku saja. Aku menengadah menatap langit. Biru tua nyaris hitam, bintang-bintang sudah bermunculan meski masih maghrib. Bulan purnama sangat terang, tak ada awan malam yang menghalangi.

"Mbak Fia," kata Fajar padaku. Di dunia nyata aku memang dipanggil Fia, bukan Via (sama aja).
Aku menoleh. "Hm?"
"Bulan-ne apik yo?" tanya Fajar. Artinya, 'bulannya bagus ya?'.
Aku kaget. Dia ngegombal atau apa sih? Tapi dari raut wajah Fajar yang tulus tersenyum tapi nakal, aku yakin dia memang serius membicarakan 'cuaca'. Kulihat Fayruuz tertawa dan berkata, "Kudune kowe tho, Daan..."

Aku balas tersenyum lebar dan mengangguk. Kubergumam, "Bulan purnama." Dan Fajar berkata, "Hm-mh."
Zidan berdiri dan memasuki mushola, dia nyengir terus. Zidan memang anak yang 'baik' aku akui, karena dia kalau sendiri saja selalu nyengir meski gampang marah. Zidan itu percaya dirinya tinggi, penuh gaya (enggak aku lebih-lebihkan lho), suka memimpin. Ya itu, dia gampangan marah. Fayruuz mengikutinya, Fajar juga.

Aku masuk ke dalam mushola bersama Aisha dan Fathya, kedua adikku. Di dalam ada Indana (ingat kan, si Annisa Chibi itu), Nasywa (sahabat sejati selamanya Indana), dan adik Indana, Nayla. Mereka adalah geng "Trio Centhil" yang tak terpisahkan sejak zaman purba kala #haha
Tau gak, aku tuh sangsi Faris sukanya sama Indana. Huhuuekkk... #nangisbok

....pending....

Usai shalat, aku memutuskan ingin tinggal di masjid sampai Isya untuk mengaji. Nah, ternyata bukan aku saja yang di masjid selama menunggu isya, tapi Zidan, Fajar, Fayruuz, Indana, Nayla dan Nasywa juga. Mereka berenam ribuuuuutt banget main. Ngeganggu ngaji aku aja #tapimerekabukanjinyangkafirloh

"WAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!" jelas banget teriakan nyaring ngejerit itu teriakan Trio Centhil. Aku kaget. Qur'an yang aku pegang sampai jatuh ke depan aku. Aku berdiri dan menaruh qur'an di lemari mukena yang ada di masjid, dan berjalan ke arah teman-teman untuk menegur.

"HEYY! JANGAN BERISIK, DONG!!" teriakku. Tapi Trio Centhil tak mendengarku, mereka malah lari ke arahku terbirit-birit dan "sembunyi" di belakang punggungku. "Eh! Eh! Apaan ini?!"

Sedetik kemudian, Fayruuz menyerbuku. Tepatnya, menyerbu aku dan Trio Centhil. Aku kaget sekali melihat sarung hitam-cokelat Fayruuz melilit ke sekeliling mukanya dan diikat di bagian atas seperti... hhiiiii... P-O-C-O-N-G!!!

Spontan aku mundur sampai ketiga cewek di belakangku mundur dan jatuh. Kaki Nayla enggak sengaja aku injak. Aku jadi ikut jatuh. Fayruuz tertawa dan bilang sori. Aku berdiri lagi untuk marah, tapi Indana, Nayla dan Nasywa malah berlari ke arah belakangku lagi sampai aku terdorong hingga ke jendela masjid yang mengarah ke teras.
Fayruuz dan Fajar (yang muncul dengan sarung mengikat di kepala juga) mengejar Trio Centhil sampai menjauh dari aku. Aku menggerutu sendiri sambil bersandar ke tepi jendela yang menghadap ke teras tadi.

Mengingat ke teras, aku jadi ingat langit malam yang bulan purnama itu. Aku perlahan menghadap jendela dan memandang keluar. Sungguh cantik malam ini!

Jantungku copot, aku menjerit, saat suara mengagetkan aku muncul. Spontan aku memejamkan mata sekuat mungkin dan menjerit pendek, tanganku refleks mendorong seorang yang membuat aku kaget setengah mati. Siapapun itu, dia jatuh dan tertawa. Upsy, dia itu Z-I-D-A-N, maaaan...!!

"I-iihh!! Kamu tuh bikin orang jantungan, tau enggak?!" seruku yang terdengar menyakitkan hati. Tapi Zidan malah ngakak di lantai. Aku mengernyit tidak mengerti. Tapi tiba-tiba Trio Centhil yang masih ngejerit lari-lari ke arah aku dan Zidan, terus mereka menabrak kami bersamaan dengan Fajar, dan Fayruuz yang jatuh karena kakinya terperangkap di balik sajadah.

.......*****.......

Besoknya, aku di masjid lagi dari maghrib sampai isya. Kali ini ada tambahan anak, Rio yang gempal bentuk O besar (sori, Rio), kedua adikku, dan Nizar (teman Fathya yang seumuran). (Tapi Trio Centhil pada enggak datang)

Mulanya, aku dan cewek-cewek melangkah dari masjid seusai maghrib, ke warung yang agak jauh dari masjid. Saat kembali ke masjid setelah jajan, kami berempat melihat keempat cowok itu sedang menaiki sepeda mereka masing-masing (hendak pulang). Tapi begitu melihat kami datang, mereka memutar balik arah sepedanya dan berkata bersamaan, "Oalah... eneng tho, wong-e. yo wes, balik meneehh..."

Aku tidak mengerti waktu itu. Kubiarkan saja. Saat di masjid,...

BERSAMBUNG...

2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut